(Tulisan telah diterbitkan dalam The Big Creation of Pioneer : Ispirasi Untuk Indonesia)
Inspirasi Untuk Indonesia
Pilar Kebangsaan Indonesia
Mohamad Teguh Gumelar, Teknologi Bioproses 2011
Ingatkah anda saat anda berada di bangku Sekolah Dasar (SD), kala anda
dan teman-teman anda duduk manis mengenakan seragam putih-merah lengkap
dengan sikap tangan yang terlipat di rapi di atas meja? Semua itu seolah
terekam sebagai video kekuningan dalam ingatan kita semua. Bangku kayu
yang tak mengkilap, serta meja yang penuh coretan dan tipe-x
seakan menjadi saksi pendidikan di Indonesia. Apabila kita berada pada
masa tersebut dan diajui pertanyaan “Apa yang kamu ketahui tentang
Indonesia?” maka mungkin anda akan menjawab “Indonesia adalah Negara
yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki sumber daya manusia yang
melimpah, serta terletak pada lokasi yang strategis, yakni di antara dua
benua dan dua samudera.”
Semua itu mengesankan Indonesia sebagai Negara kaya, subur makmur, gemah ripah loh jinawi. Namun, apabila kini pertanyaan serupa diajukan kepada anda, kemungkinan besar sebagai mahasiswa anda akan menjawab “Indonesia merupakan Negara yang banyak diantara para pemimpinnya tersandung kasus korupsi, serta negara yang mengalokasikan hanya sedikit dana untuk penelitian dan pengembangan teknologi.” Bukankah kedua jawaban tersebut terbalik? Sama seperti warna seragam SD negeri yang berkebalikan dengan warna bendera negara. Sesungguhnya, apa yang terjadi di Negara Indonesia bukanlah semata karena pemimpin yang korup atau maraknya sogok-menyogok serta KKN dimana-mana, tetapi juga karena masyarakat yang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing serta terlalu asik memperhatikan kekurangan orang lain sehingga nilai-nilai persatuan, kesatuan dan kebangsaan merapuh. Oleh karena itu, menurut saya setidaknya ada tiga pilar kebangsaan yang perlu ditegakkan oleh mahasiswa, yang tidak lain merupakan bagian dari masyarakat, agar Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang sesuai dengan pandangan para siswa SD di jaman saya dahulu. Adapun ketiga pilar tersebut adalah heroisme, semangat juang, dan ketuhanan.
Semua itu mengesankan Indonesia sebagai Negara kaya, subur makmur, gemah ripah loh jinawi. Namun, apabila kini pertanyaan serupa diajukan kepada anda, kemungkinan besar sebagai mahasiswa anda akan menjawab “Indonesia merupakan Negara yang banyak diantara para pemimpinnya tersandung kasus korupsi, serta negara yang mengalokasikan hanya sedikit dana untuk penelitian dan pengembangan teknologi.” Bukankah kedua jawaban tersebut terbalik? Sama seperti warna seragam SD negeri yang berkebalikan dengan warna bendera negara. Sesungguhnya, apa yang terjadi di Negara Indonesia bukanlah semata karena pemimpin yang korup atau maraknya sogok-menyogok serta KKN dimana-mana, tetapi juga karena masyarakat yang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing serta terlalu asik memperhatikan kekurangan orang lain sehingga nilai-nilai persatuan, kesatuan dan kebangsaan merapuh. Oleh karena itu, menurut saya setidaknya ada tiga pilar kebangsaan yang perlu ditegakkan oleh mahasiswa, yang tidak lain merupakan bagian dari masyarakat, agar Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang sesuai dengan pandangan para siswa SD di jaman saya dahulu. Adapun ketiga pilar tersebut adalah heroisme, semangat juang, dan ketuhanan.
Ketulusan dan keikhlasan mungkin telah dianggap
masyarakat dewasa ini sebagai suatu hal yang bernilai sangat tinggi,
bahkan beberapa acara televisi ditayangkan untuk mencari orang-orang
berhati tulus yang mau membantu orang lain, dengan ataupun tanpa
dimintai pertolongan, sehingga sangat laik apabila heroisme ditempatkan
sebagai pilar pertama yang harus ditegakkan oleh mahasiswa. Heroisme tak
pernah dapat terlepas dari kepedulian, baik itu kepedulian kepada orang
lain maupun kepedulian terhadap visi kita sendiri. Apabila kita
menelaah sejarah, para pahlawan pendiri bangsa Indonesia tentulah
memiliki sikap heorisme dengan kepedulian tersebut. Tidak ada di antara
mereka yang mengharapkan imbalan balas jasa dalam bentuk apapun, tetapi
justru banyak di antara mereka yang merelakan dan menggunakan seluruh
kekayaan, serta jiwa dan raga mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan
bagi seluruh Bangsa Indonesia. Para pahlawan melakukan perjuangan yang
tercatat dalam sejarah, karena mereka memiliki kepedulian dan sebuah
visi, yakni Indonesia dapat merdeka, serta mampu menjadi negara yang
sejahtera. Mereka yakin pada visi tersebut dan memperjuangkannya hingga
proklamasi berhasil dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Heroisme,
itulah pilar pertama yang ditancapkan oleh para pahlawan kita sebagai
penopang bangsa, sehingga Indonesia dapat menjadi sebuah negara di mana
kita mendapatkan kebebasan dan keamanan. Tetapi kini pilar tersebut
merapuh, tergerus arus informasi yang memberikan berbagai pengaruh, baik
positif maupun negatif, serta berbagai isu dan permasalahan yang
mencuat dalam ranah jurnalistik dan politik. Bahkan, dewasa ini
permasalahan keluarga antara anak dan orang tua tidak dapat diselesaikan
secara kekeluargaan, melainkan membutuhkan bantuan kuasa hukum serta
konferensi pers yang tentu memakan biaya serta memancing beragam argumen
dari masyarakat yang melihatnya melalui layar kaca. Bukan hanya itu,
masalah-masalah kecil kini kerap dibesar-besarkan sehingga jelaslah
bahwa kepedulian antar sesama dan sikap heroisme mutlak ditegakkan
kembali oleh mahasiswa sehingga kearifan dan kebijaksanaan lokal di
masyarakat dapat kembali terbentuk dan menopang pilar pertama. Apakah
kita semua harus menunggu suatu hari, dimana kasus kematian akibat
kelaparan menimpa seorang ayah dan anak-anaknya di rumah mereka yang tak
jauh dari rumah kita untuk mengerti arti sebuah kepedulian? Apabila
kasus seperti itu pernah terjadi, saya rasa pihak yang bersalah belum
tentu sang ayah, tetapi warga sekitar yang kurang peduli pada warga
lain, hingga nyawa mereka terenggut oleh kelaparan, tanpa mereka ketahui
atau bahkan mungkin dengan sepengetahuan mereka, dapat menjadi pihak
yang bersalah.
Kembali pada sejarah, para pahlawan Indonesia
akhirnya berhasil membawa sebuah kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia,
salah satu rahasia yang menjadi kunci keberhasilan tersebut adalah
semangat juang yang tinggi. Kini, semangat juang tentu tidak menjadi hal
yang sepele karena kemerdekaan telah diperoleh, tetapi semangat juang
menjadi hal yang amat krusial untuk mempertahankan kedaulatan bangsa
Indonesia. Semangat untuk berjuang, melawan berbagai bujuk rayu untuk
melakukan tindakan yang menyalahi aturan, semangat untuk berjuang
mempertahankan solidaritas antar warga negara, serta semangat untuk
berjuang bersama, membangun Bangsa Indonesia, merupakan semangat juang
yang penting dan perlu disertai dengan sikap optimis. Mari kita
bayangkan apabila para pahlawan tidak memiliki sikap optimis. Jika hal
itu benar terjadi, mungkin mereka sudah menyerah di tengah medan perang
ataupun tunduk patuh pada penjajah. Tetapi apakah kenyataan sejarah
berkata demikian? Faktanya, mereka terus berjuang merebut kemerdekaan
dan satu hal yang menjadi keyakinan mereka : sebuah pikiran positif
bahwa mereka akan berhasil, itulah optimis. Kini sikap optimis dan
semangat juang untuk memberantas korupsi, mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh Rakyat Indonesia, serta hal-hal lainnya perlu dihidupkan kembali
dengan siraman usaha dan keyakinan, sehingga persepsi pelajar SD
seperti yang diutarakan sebelumnya dapat menjadi sebuah kenyataan yang
terbuki oleh keadaan. Oleh karena itu, semangat juang adalah pilar kedua
yang perlu ditegakkan kembali mahasiswa di kalangan masyarakat dengan
pondasi keyakinan yang kuat dan sikap optimis, sehingga takkan ada kata
“menyerah” terlontar dengan mudah. Layaknya sebuah band musik
ternama di tanah air berkata “Jangan Menyerah” dan kita sebagai
mahasiswa tak boleh menganggap remeh hal-hal kecil. Teruslah berjuang,
meski hal itu terlalu kecil untuk diketahui orang lain. Bahkan Pritha
Mulyasari tak pernah menyangka akan terkumpul begitu banyak koin bagi
dirinya, sebagai hasil bantuan kecil dari pihak-pihak yang mendukungnya.
Merasa
bebas dan tak terbatas, berhak melakukan segalanya serta menghalalkan
segala cara merupakan hal-hal yang takkan dilakukan seseorang dengan
nilai ketuhanan yang tinggi, sehingga pilar ketuhanan laik ditempatkan
sebagai pilar paling utama di antara dua pilar yang lainnya, meski kerap
kali berada di bagian akhir sebuah pemikiran. Kemanusiaan yang adil dan
beradab takkan tercapai tanpa adanya nilai ketuhanan yang mengakar, dan
mengayomi kehidupan tiap warga. Ketuhanan merupakan nilai-nilai yang
menjadikan manusia terbatas dalam berperilaku dan mau menegakkan pilar
lainnya untuk menggapai Indonesia yang lebih baik. Kebahagiaan sejati
bagi mereka yang beragama dan memiliki Tuhan tentulah terukur dari
seberapa banyak orang yang bahagia karena perbuatan mereka. Sehingga,
dengan nilai-nilai ketuhanan, seperti yang ada dalam sila pertama
Pancasila, maka nuansa kehidupan di masyarakat dapat tertata dan
terlaksana dengan lebih nyaman, aman, dan tenteram. Saling
tolong-menolong sebagai keseharian, dan hidup sebagai sarana untuk
beribadah kepada Tuhan, akan membuat siapapun mengekang dirinya dari
perilaku menyalahi aturan hukum seperti mencuri, baik mencuri sandal di
masjid, maupuan mencuri dengan berpakaian rapi lengkap dengan dasi.
Hidup hanyalah satu kali, now or never. Mahasiswa tentu perlu
menanamkan nilai ketuhanan dalam dirinya serta menegakkan pilar tersebut
agar kedamaian menyertai setiap hela nafas kita semua.
Heroisme,
semangat juang, dan ketuhanan merupakan tiga pilar penting yang perlu
kembali ditegakkan dan disokong di kalangan masyarakat untuk menjaga
Negara Indonesia agar tetap berdaulat, dan untuk menjadikan Bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang sejahtera, makmur serta berbudi luhur,
sehingga mampu memenuhi idaman saya, serta teman-teman saya, bahkan
mungkin anda, ketika duduk di bangku SD. Sebagai mahasiswa, kita adalah
garuda muda yang dipersiapkan untuk mampu terbang, mengepakkan sayap dan
terbang setinggi mungkin, menatap masa depan sejauh mungkin, sehingga
Negara Indonesia dapat terdengar gaungnya hingga seluruh pelosok dunia,
sebagai rumah para garuda yang bercakar tajam dan berparuh kuat,
berpandangan luas serta mampu bekerja keras dan bekerja cerdas. Cepat,
sigap, tangguh dan tanggap, terbanglah wahai garuda muda, capailah
langit di angkasa, terkamlah ular-ular berbisa, selamatkan dan
sejahterakan Bangsa serta Negara Indonesia. Jalankanlah perananmu, mari
bersama-sama kita tegakkan pilar-pilar kebangsaan..!
0 komentar:
Posting Komentar